pengertian pengawasan administrasi perkantoran menurut para ahli dan tugas-tugas pengawasan
PENGAWASAN
ADMINISTRASI PERKANTORAN
1.
Pengertian
Pengawasan
Secara Filosofis pengawasan (controlling) yaitu psoses
pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua
pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya.
Pengawasan bisa didefinisikan sebagai suatu usaha sistematis
oleh manajemen bisnis untuk membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan
yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan
dengan standar tersebut dan untuk mengambil tindakan penyembuhan yang
diperlukan untuk melihat bahwa sumber daya manusia digunakan dengan seefektif
dan seefisien mungkin didalam mencapai tujuan.
2.
Pengertian
Pengawasan Menurut Para Ahli
George R. Tery (2006:395)
mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan,
maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan
tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan.
Robbin (dalam Sugandha, 1999 : 150) menyatakan pengawasan itu merupakan suatu proses aktivitas yang sangat mendasar, sehingga membutuhkan seorang manajer untuk menjalankan tugas dan pekerjaan organisasi.
Kertonegoro (1998 : 163) menyatakan pengawasan itu adalah proses melalui manajer berusaha memperoleh kayakinan bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaannya.
Terry (dalam Sujamto, 1986 : 17) menyatakan Pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasannya, dan mengambil tindakan-tidakan korektif bila diperlukan untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana.
Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan.
Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11) mengatakan bahwa pada pokoknya pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Siagian (1990:107) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Robbin (dalam Sugandha, 1999 : 150) menyatakan pengawasan itu merupakan suatu proses aktivitas yang sangat mendasar, sehingga membutuhkan seorang manajer untuk menjalankan tugas dan pekerjaan organisasi.
Kertonegoro (1998 : 163) menyatakan pengawasan itu adalah proses melalui manajer berusaha memperoleh kayakinan bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaannya.
Terry (dalam Sujamto, 1986 : 17) menyatakan Pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasannya, dan mengambil tindakan-tidakan korektif bila diperlukan untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana.
Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan.
Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11) mengatakan bahwa pada pokoknya pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Siagian (1990:107) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Dari banyaknya definisi-definisi tersebut dapat
dirangkumkan bahwa pengawasan administrasi perkantoran merupakan keseluruhan
aktivitas mengawasi, memeriksa, mencocokkan, dan
mengendalikan segenap kegiatan aktivitas yang dilakukan pegawai administrasi
agar berlangsung sesuai rencana yang ditetapkan dan hasil yang dikehendaki.
Selain itu, kegiatan pengawasan ini juga dapat digunakan untuk memfasilitasi bagaimana melakukan perbaikan terhadap hal tersebut.
Selain itu, kegiatan pengawasan ini juga dapat digunakan untuk memfasilitasi bagaimana melakukan perbaikan terhadap hal tersebut.
3.
Tujuan
Pengawasan Kantor
1.
Meningkatkan
kinerja organisasi secara kontinu, karena kondisi persaingan usaha yang semakin
tinggi menuntut organisasi untuk setiap saat mengawasi kinerjanya;
2.
Meningkatkan
efisiensi dan keuntungan bagi organisasi dengan menghilangkan pekerjaan yang tidak
perlu atau mengurangi penyalahgunaan alat atau bahan;
3.
Menilai derajat
pencapaian rencana kerja dengan hasil akurat yang dicapai, dan dapat dipakai
sebagai dasar pemberian kompensasi bagi seorang pegawai;
4.
Mengkoordinasikan
beberapa elemen tugas atau program yang dijalankan;
5.
Meningkatkan
keterkaitan terhadap tujuan organisasi agar tercapai.
4.
Manfaat
Pengawasan Perkantoran
1. Membantu memaksimalkan keuntungan yang akan diperoleh
organisasi;
2. Membantu pegawai dalam meningkatkan produktivitas karena
kesadaran akan kualitas dan kuantitas output yang dibutuhkan;
3. Menyediakan alat ukur produktivitas pegawai atau
aktivitas yang objektif bagi organisasi;
4. Mengidentifikasikan beberapa hal yang membuat rencana
tidak sesuai dengan hasil aktual yang dicapai, dan memfasilitasi
pemodifikasiannya;
5. Membantu pencapaian kerja sesuai tingkat atau deadline
yang ditetapkan.
5.
Unsur-Unsur Dalam Pengawasan
1. Faktor-faktor yang diawasi, Sebelum pengawasan dilakukan
seyogyanya stakeholders internal diberikan pemahaman tentang faktor-faktor apa
saja yang akan di awasi. Tentu saja, pengawasan terhadap faktor yang tidak
terlalu penting akan mengakibatkan waktu dan tenaga terbuang sia – sia.
2.
Identifikasi hasil
yang diharapkan, Identifikasi parameter yang kurang jelas mengenai hasil yang
diinginkan dari aktivitas pekerjaan yang dilakukan membuat pengawasan tidak
akan berjalan dengan efektif. Untuk itulah, keterlibatan semua pihak (termasuk
pihak yang akan di awasi) mutlak perlu dilakukan, bila perlu organisasi dapat
mengundang konsultan untuk menentukan alat ukur yang akan digunakan.
3.
Pengukuran kinerja,
Sebelum hasil aktual dan hasil yang di inginkan dibandingkan, hasil aktual
harus di ukur. Dalam beberapa hal, pengukuran ini juga menjelaskan output
kuantitas. Dalam organisasi yang menerapkan konsep TQM, pengukuran lebih
ditekankan pada seberapa baik pelanggan dilayani oleh organisasi.
4.
Aplikasi tindakan
pembenahan, Apabila hasil aktual kurang dari hasil yang diharapkan, perlu
dilakukan tindakan koreksi untuk memperkecil gap yang terjadi dengan
mengimplementasikan hal yang di anggap perlu. Misalnya, dalam pemenuhan order
pembelian yang akan terealisasi maksimal 3 hari setelah order dilakukan tetapi
ketika sudah waktunya belum tercapai, ternyata fasilitas komunikasi antara
divisi administrasi penjualan dengan gudang tidak difasilitasi dengan alat
komunikasi yang memadai, sehigga perlu ditunjang dengan alat komunikasi yang
representatif.
6. Proses
Pengawasan
Berdasarkan pendapat Cascio (2003),
ada 3 proses yang harus dilakukan dalam mengontrol/mengawasi pekerjaan kantor:
1. Mendefinisikan parameter
pekerjaan yang akan di awasi. Hal ini akan membantu pegawai untuk mengetahui kinerja yang
diharapkan terhadap mereka dan secara efektif dapat mencapainya. Manajer dapat
melakukannya dengan melakukan hal-hal berikut:
Ø Penetapan tujuan, dalam beberapa
penelitian yang berbeda, tempat maupun budaya menunjukan bahwa tujuan yang
telah ditetapkan dapat meningkatkan kinerja pegawai (Matsui, Kakuyama, dan
Onglatco, 1987). Peningkatan ini diperoleh karena pegawai cenderung memberikan
perhatian lebih dan mendorong mereka untuk mencapainya jika tujuan atau target
yang harus dicapai dijelaskan secara detail (Tubbs, 1986), seperti peningkatan
kepuasan pelanggan sebesar 10% dalam setahun atau pengurangan biaya telepon
sebesar 15% dalam setahun.
Ø Standar ukuran, merupakan syarat
mutlak agar pegawai dapat mencapai kinerja yang diharapkan apabila alat ukurnya
ditetapkan secara objektif. Untuk itulah, tujuan hendaknya ditetapkan sedetail
mungkin sehingga pengukuran yang objektif dapat dilakukan. Misalnya, Tujuan
organisasi “menjadikan organisasi lebih baik” sangat sulit untuk di ukur.
Ø Pengukuran, merupakan inti dari pengontrolan
atau pengawasan kantor. Hendaknya pengukuran ini dilakukan secara reguler, bisa
per kuartal maupun semester, untuk menjamin tercapainya tujuan secara
konsisten. Apabila penetapan tujuan maupun ukuran telah dilakukan dengan baik,
namum proses pengukuran kinerja tidak dilakukan sebagaimana mestinya, maka akan
menyebabkan keseluruhan proses pengontrolan tidak berjalan sebagaimana
mestinya.
2. Memfasilitasi kinerja yang hendak
dicapai. Apabila proses pertama telah
dilakukan, manajer administrasi hendaknya memberikan feedback kepada pegawai
mengenai apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja mereka sesuai
dengan targert yang ditetapkan. Pemberian umpan balik ini hendaknya diiringi
dengan pemberian fasilitas yang memadai bagi karyawan untuk mencapainya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
Ø Mengurangi hambatan yang ada,
misalnya peralatan kantor yang ada sudah out of date (penggunaan komputer
dengan kecepatan processor 486 MHz, sedangkan aplikasi yang dijalankan menuntut
penggunaan processor di atas 2 GHz); kurang efisiennya desain tempat kerja,
atau bisa juga disebabkan kurang efektifnya desain kerja. Untuk itulah,
hendaknya manajer senantiasa mendengarkan pendapat atau keluhan dari bawahan
guna mengurangi hambaatan dalam mencapai tujuan.
Ø Menyediakan sumber daya yang memadai
untuk penyelesaian kerja, misalnya sumber daya modal, bahan maupun manusia.
Meskipun hambatan telah dikurangi oleh manajer, namun sumber daya yang dapat
digunakan sangat terbatas (jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk penyelesaian
suatu pekerjaan seharusnya 5 orang, namun hanya tersedia 3 orang), maka tujuan
mustahil akan tercapai.
Ø Memberikan perhatian penuh dalam
perekrutan pegawai, hal ini didasari bahwa tujuan hendaknya dicapai pada saat
yang tepat, tempat yang sesuai, dan orang yang tepat. Kualifikasi pegawai yang
dibutuhkan tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang, misalnya pegawai yang
direkrut untuk bagian duplikasi (foto kopi) adalah seorang sarjana informatika
atau pembuatan sistem administrasi merekrut pegawai yang baru lulus dari
sekolah kejuruan. Hendaknya perekrutan juga tidak hanya mendasarkan pada strata
pendidikan yang dimiliki pelamar, namun, faktor lain juga dipertimbangkan,
seperti pengalaman kerja, kompetensi yang dimiliki, dan seterusnya.
3. Memotivasi pegawai, yang harus dilakukan oleh seorang
manajer untuk agar pegawai senantiasa tertantang untuk mencapai target yang
ditetapkan dan secara konsisten serta persisten mencapainya. Beberapa hal yang
dapat dilakukan adalah:
Ø Memberikan imbalan yang dihargai
oleh pegawai, pemberian ini harus didiskusikan terlebih dahulu dengan pegawai
mengenai hal apa yang penting buat mereka, apakah peningkatan gaji, fasilitas,
cuti, pengakuan dan lain-lain. Hasil survei ini akan dijadikan bahan penentuan
sistem imbalan bagi pegawai, dan imbalan tersebut dapat menyerap keinginan dari
para pegawai;
Ø Memberikan imbalan secara tepat
dalam hal jumlah dan waktunya, apabila pegawai memenuhi target yang ditetapkan,
organisasi harus memberikannya secara tepat sesuai dengan yang dituangkan dalam
peraturan. Hal ini sangat penting untuk menjaga kredibilitas organisasi di mata
pegawai dan memberikan motivasi bagi pegawai untuk selalu mencapai target yang
telah ditetapkan.
Ø Memberikan imbalan secara adil, hal
ini penting dilakukan untuk menjaga ketidakpuasan dari masing-masing pihak.
Apabila kerja dilakukan secara berkelompok, hendaknya manajer juga mendapatkan
input dari masing – masing anggota kelompok mengenai kinerjanya. Masukan ini
dapat dijadikan dasar pemberian imbalan yang adil bagi setia anggota kelompok
kerja yang dimaksud.
7. Pengawas
Hal utama yang menjadi dasar dalam
pemilihan seorang pengawas adalah mempunya kesempatan yang cukup guna mengamati
kinerja pegawai dalam periode waktu tertentu. Beberapa orang yang dapat
dijadikan penilai menurut Gomez-Mejia, Balkin, dan Cardy (2003) adalah:
1. Supervisor, yang mempunyai kesempatan lebih
banyak dan bertanggung jawab atas kinerja langsung anak buahnya. Hal inilah
yang mendasari kontrol dari supervisor banyak dipakai pada setiap organisasi
(Becker dan Klimoski, 1989).
2. Teman
sekerja,
yang didasari atas kenyataan tidak setiap saat atasan dapat memonitor kinerja
anak buahnya, dan yang merasakan baik tidaknya kinerja seorang pegawai adalah
teman sekerjanya, terlebih mereka bergabung dalam sebuah tim kerja. Hendaknya
penilaian atau kontrol oleh teman kerja bukanlah secara umum, namun hal khusus
yang berkaitan dengan kesediaan yang bersangkutan untuk membantu yang lain
(McEvoy dan Buller, 1987). Fungsi kontrol ini akan lebih efektif jika
organisasi memberikan kesempatan kepada penilai untuk memberikan umpan balik
yang bersifat positif dan negatif, mengumpulkan pendapat anggota yang lainm,
dan berdiskusi langsung dengan yang bersangkutan, sehingga efektivitas
pengawasan akan meningkat (Druskat dan Wolff, 1999).
3. Bawahan,
merupakan
salah satu umpan balik dalam proses pengawasan yang sangat baik. Banyak studi
yang menemukan bahwa pengawasan yang diberikan oleh bawahan berdampak positif
terhadap kinerja atasan (Atwater, Waldman, Atwater, dan cartier (2000),
misalnya mengenai efektivitas mereka berkomunikasi dengan bawahan maupun jenis
kepemimpinan yang dimiliki, sedikit banyak akan mempengaruhi kinerja pegawai.
Untuk itulah, pengawasan yang dilakukan bawahan perlu dipertimbangkan oleh
sebuah organisasi.
4. Menilai
diri sendiri,
yang bisa dijadikan bahan untuk perbaikan proses kerja sesuai dengan harapan
pegawai dan bisa mengurangi sikap defensif mereka dalam proses pengawasan
kontrol terhadap diri sendiri ini juga baik sebagai bahan konseling bagi
pegawai dalam pengembangan dirinya (Yu dan Murphy, 1993).
5. Pelanggan, yang cukup penting dalam proses
pengawasan bagi pegawai yang berhubungan langsung dengan pelanggan atau
konsumen suatu organisasi atau perusahaan. Pengawasan yang dilakukan pelanggan
akan menunjukan seberapa puas mereka terhadap layanan yang diberikan, terutama
oleh pegawai yang dimaksud. Hal ini juga akan meningkatkan loyalitas pelanggan,
karena rasa memiliki terhadap organisasi atau perusahaan tersebut (Ulrich,
1989).
6. Komputer, merupakan salah satu pengawas
terbaru pada perkantoran. Menurut Glover (2000), lebih dari 80% perusahaan di
A.S. memonitor penggunaan internet dan email pekerjanya yang menggunakan
komputer perusahaan. Hal ini didasari adanya kenyataan bahwa penggunaan
internet untuk keperluan pribadi lebih kurang 6 jam dalam seminggu. Komputer
juga dapat digunakan untuk mengontrol penyelesaian pekerjaan seorang pegawai
dalam penyelesaian dalam transaksi yang menggunakan sistem terintegrasi
(Nebeker dan Tatum, 1993), yang membuat manajer bisa menganalisis kemacetan
penanganan pelanggan terjadi pada bagian atau pegawai mana, sehingga penanganan
bisa cepat dilakukan.
7. Umpan
balik 360 derajat, semakin populer di A.S. di mana sepertiga organisasi atau
perusahaan memakainya. Ada alasan bagi popularitas penggunaan pengawasan dari
seluruh sisi ini (Waldman dan Atwater, 1993), yaitu penggunaan kontrol dari
dimensi yang berbeda dapat menangkap kompleksitas kinerja seorang pegawai,
kontrol dari atasan akan semakin kuat apabila semua pihak menyatakan hal yang
sama dan yang bersangkutan akan lebih menyadari kondisi kinerjanya sekarang dan
sebagainya.
8.
Tugas Pengawasan Kantor
1.
Tugas Pokok
Ø Memberikan instruksi untuk
melaksanakan pekerjaan.
Ø Mengawasi pegawai-pegawai untuk
mengetahui apakah pekerjaan telah dilaksanakan
Ø Melatih pegawai-pegawai untuk
melaksanakn pekerjaan
Ø Memelihara hubungan antar manusia
yang baik dengan para pegawai
2.
Dalam hubungannya dengan pekerjaan
Ø Mengusahakan agar pekerjaan dapat
diselesaikan tepat pada waktunya
Ø Menjamin adanya ketelitian
Ø Mengkoordinasikan pekerjaan dengan
seksi-seksi atau bagian-bagian lain
Ø Membagi pekerjaan secara adil
Ø Mengembangkan metode-metode baru
untuk melaksanakan pekerjaan
3.
Dalam hubungannya dengan orang-orang
bawahan
Ø Melatih orang-orang bawahan
Ø Mengembangkan latihan magang
Ø Medelegasikan tanggung jawab
Ø Mendamaikan
perselisihan-perselisihan perseorangan
Ø Memberi hutang, apabila perlu
Ø Memelihara disiplin, memberi celaan
apabila perlu
4.
Dalam hubungannya dengan para atasan
dan teman-teman sekerja
Ø Menerima tanggung jawab atas
pekerjaan kantor
Ø Bekerja sama dengan
pengawas-pengawas lainnya
Ø Mengizinkan dan mendorong pertukaran
pegawai.
Ø Melaksanakna
kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan
9.
Pengawasan Kualitas
Sesuai dengan tujuannya, organisasi
melakukan pengawasan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sebuah
aktivitas kerja di kantor pada rentang waktu tertentu. Untuk menghasilkan
pengukuran yang baik, evaluasi harus di dasarkan pada data yang akurat. Kontrol
terhadap kualitas mencakup evaluasi atas keakuratan pekerjaan yang dilakukan,
dan kontrol kuantitas lebih mengarah pada kuantifikasi komponen-komponen
evaluasi agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
1.
Teknik pengawasan kualitas
Beberapa cara atau teknik yang dapat
dilakukan dalam melakukan pengawasan kualitas (leonard dan Hilgert (2004)
adalah:
Ø Inspeksi total, berupa pengecekan
menyeluruh terhadap seluruh unit kerja atau tugas yang dilakukan oleh pegawai
dan menjelaskan apakah standar kualitas minimum sudah tercapai dan bila belum
bagaimana memperbaikinya. Misalnya, dengan melakukan pengecekan ulang terhadap
hasil pengetikan suatu proposal apakah sesuai dengan kaidah EYD atau
penghitungan ulang terhadap tagihan yang akan dikirimkan ke pelanggan. Namun
teknik ini kurang efektif jika frekuensinya terlalu sering, apalagi tanpa
alasan yang kuat; karena pegawai akan merasa terlalu diawasi sehingga membuat
suasana kerja tidak kondusif;
Ø Pengecekan pada area tertentu,
dilakukan melalui pengecekan kinerja pegawai di suatu departemen atau divisi
tertentu, seperti departemen keuangan, yang dilakukan secara periodik.
Penggunaan komponen statistik akan menambah validitas data yang diperoleh dalam
fungsi pengawasan;
Ø Pengontrolan kualitas dengan
statistik. Apabila inspeksi total belum diperlukan dan pengecekan pada divisi
tertentu akurat, manajer dapat menggunakan teknik ini dengan memakai data yang
berbasis sampel yang dipilih untuk menjamin validitas dan reliabilitas hasil
pengukuran.
Ø Kesalahan Nihil, merupakan teknik preventif
terhadap potensi kesalahan yang dilakukan oleh pegawai sejak pertama kali
mengerjakan tugasnya. Hal ini juga dapat memotivasi pegawai untuk selalu bebas
dari kesalahan. Teknik ini diterapkan, mereka seyogyanya diberikan imbalan yang
setimpal atas tiadanya kesalahan yang dilakukan dan peningkatan kinerja yang
telah dilakukan.
10.
Pengawasan Kuantitas
Untuk memulai pengontrolan,
hendaknya organisasi mulai dengan mengumpulkan data aktivitas di kantor dan
dijadikan dasar untuk penetapan standar kualitas. Pengukuran ini didesain untuk
mendefinisikan dan menggambarkan apa yang diharapkan dari pelaksanaan sebuah
kerja, baik dari pegawai maupun dari pihak organisasi. Seperti biasanya, dari
waktu ke waktu volume pekerjaan berfluktuasi. Ketersediaan data yang terukur
akan menjadi informasi yang berguna bagi pengelolaan kerja, terutama bagi
pekerjaan yang berfluktuasi.
1.
Mengontrol Fluktuasi
Untuk
mengontrol fluktuasi pekerjaan kantor, beberapa tindakan yang dapat dilakukan
(Quible, 2001 dan Odgers, 2005) antara lain;
Ø Overtime, banyak perusahaan yang menambah jam kerja (lembur) untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan deadline yang terbatas atau karena volume
pekerjaan yang menumpuk. Misalnya, banyak pekerjaan di organisasi atau bank
akan meningkat volumenya menjelang akhir tahun (tutup buku), karena
adanya keharusan untuk mempertanggung jawabkan dengan kinerjanya kepada stakeholders.
Walaupun hal ini dapat di antisipasi dengan menyusun laporan secara periodik,
namun fenomena ini tidak dapat dihindari. Untuk itu, manajer harus menyadari
adanya potensi penurunan produktivitas jika terdapat penambahan jam kerja bagi
pegawai karena rasa lelah yang menyertainya.
Ø Temporary help, Jika penambahan jam kerja kuran memadai atau kurang tepat
dilakukan, pemakaian tenaga temporer dalam menghadapi peak season dapat
dilakukan. Dapat dibayangkan jika Matahari deparment store menghadapi musim
lebaran atau liburan akan dibanjiri konsumen yang berbelanja. Solusi yang
paling tepat adalah dengan mengangkat tenaga temporer dengan durasi kerja
sepanjang peak season yang diperkirakan akan terjadi.
Ø Part-timer hel,. Jika fluktuasi terjadi secara reguler, menyewa tenaga paruh
waktu juga dapat dilakukan. Misalnya, pada ruang baca FE UNAIR yang mempunya
jam kerja panjang (7.00-19.00) akan membutuhkan tenaga paruh waktu yang
membantu dalam melayani mahasiswa antara pukul 16.00 – 19.00.
Ø Floating work uni,. Beberapa organisasi telah
mengembangkan unit kerja yang akan dipakai jika mereka memang diperlukan dalam
penyelesaian proyek dengan volume kerja yang tinggi atau time limit yang
terbatas.
Ø Cycle billin,. Banyak organisasi yang mempunyai jumlah pelanggan yang
besar mengimplementasikan teknik ini untuk mengurangi antrian layanan yang akan
dilakukan. Misalnya, pada bank BNI di loket pembayaran listrik akan dibagi
per-kelurahan dengan waktu layan yang berbeda. Kelurahan Airlangga dan Gubeng
di surabaya akan dilayani pada tanggal 1-10 setiap bulannya, dan
kelurahan-kelurahan lainnya pada tanggal yang lain untuk mengurangi antrian
layanan, mengingat kecenderungan sebagian besar pelanggan PLN akan membayar
mendekati deadline pembayaran yang ditentukan.
11.
Metode Pengawasan Alternatif
Beberapa isu strategis perlu
dipertimbangkan oleh manajer dalam melaksanakan fungsi pengawasan, seperti
tujuan dari pelaksanaan, seperti tujuan dari pelaksanaan kontrol, kepercayaan
terhadap sistem kontrol, sikap manajer dan pegawai, frekuensi pelaksanaan, dan
sumber juga data yang digunakan untuk pengawasan. Selain jenis pengawasan di
atas, Cascio (2003) juga mengajukan dua metode pengawasan alternatif, yaitu:
1.
Behaviour-oriented rating methods, yang merupakan metode penilaian
kinerja yang berorientasi pada perilaku pegawai, dengan membandingkan kinerja
karyawan yang satu dengan yang lain. Ada 4 teknik yang dapat digunakan:
Ø Teknik deskripsi. Penilai memberikan
deskripsi terhadap bawahannya mengenai kekuatan, kelemahan, dan potensi dari
pegawai yang dinilai. Namun sistem ini reliabilitasnya kurang, mengingat setiap
penilai mempunyai penekanan dan subjektivitas tersendiri terhadap masing-masing
pegawai.
Ø Teknik rangking, dengan menyebutkan
pegawai mana yang berkinerja paling bagus, dan seterusnya. Pemberian rangking
ini bisa melibatkan tim penilai atau dari masing-masing supervisor.
2. Behavioral
checklist,
yaitu teknik yang menyediakan daftar perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan,
dan tugas penilai adalah memilih pernyataan mana yang sesuai dengan kondisi
kinerja pegawai. Biasanya teknik ini menggunakan skala Likert untuk
mendeskripsikan kinerja seorang pegawai, dan Stockford dan Bissel (1949)
menyatakan bahwa teknik ini lebih dapat diandalkan dibandingkan teknik
evaluatif (baik buruk).
Tabel contoh behavioral checklist
Unsur penilaian
|
Sangat setuju
|
setuju
|
Netral
|
Tidak
setuju
|
Sangat tidak setuju
|
Pegawai ini menyiapkan kerjanya
dengan baik
|
|||||
Pegawai ini mudah di ajak
berkomunikasi
|
|||||
Pegawai ini mempunyai ide yang
bagus
|
|||||
Pegawai ini menguasai pekerjaannya
dengan baik
|
3.Teknik
skala penilaian secara grafis, yang relatif banyak digunakan pada organisasi atau
perusahaan (landy dan Rastegary, 1988). Walaupun teknik ini kurang detail,
namun mudah digunakan dalam waktu yang singkat. Teknik ini juga mudah untuk di
analisis secara kuantitatif, dan banyak tim penilai lebih dapat menerima karena
reliabilitas dan validitasnya relatif teruji (Cascio, 1996). Tabel
mengilustrasikan teknik ini.
Tabel contoh skala penilaian secara
grafis
Unsur penilaian
|
Tingkat kinerja
|
||||
Kurang memuaskan
|
Lumayan
|
Memuaskan
|
Sangat memuaskan
|
mengagumkan
|
|
Kehadiran
|
|||||
Penampilan
|
|||||
Kualitas kerja
|
|||||
Pengetahuan kerja
|
|||||
Dapat diandalkan
|
3. Behavioral anchored rating scales (BARS), merupakan variasi dari teknik
sebelumnya. Keuntungan utama dari teknik ini adalah adanya pendeskripsian
perilaku mana yang dapat dikategorikan sebagai prestasi kerja yang memuaskan,
sedang-sedang saja, dan kurang memuaskan. Namun teknik ini membutuhkan usaha
yang lebih banyak untuk mengembangkan skala yang dapat diterima oleh semua
pihak.
4. Results-oriented rating methods, merupakan metode yang menitikberatkan pada hasil dari kerja
yang dibebankan kepada pegawai. Ada 2 teknik yang dapat digunakan, yaitu:
Ø Management by objectives, yang didasarkan pada penetapan
tujuan bagi organisasi secara keseluruhan, bagi masing-masing departemen atau
divisi, maupun masing-masing pegawai. Teknik ini tidak mengukur perilaku
pegawai, namun kontribusi mereka terhadap organisasi (campbell, dunnette,
lawler dan weick, 1970). Sebelum menentukan tujuan, manajer harus mendiskusikan
tujuan umum apa yang akan dicapai untuk periode waktu tertentu (tiap kwartal,
semester, atau tahunan). Selanjutnya pembuatan rencana mengenai bagaimana
dan kapan tujuan tersebut akan tercapai, dan terakhir persetujuan mengenai
kapan akan dimulainya upaya tersebut.
Ø Work planning and review, menitikberatkan pada periodisitas
penilaian rencana kerja oleh tim penilai dan bawahan untuk mengidentifikasi tujuan
yang tercapai, masalah yang harus dipecahkan, dan training yang diperlukan
(meyer, kay, dan french, 1965).
0 Response to "pengertian pengawasan administrasi perkantoran menurut para ahli dan tugas-tugas pengawasan"
Post a Comment