makalah mengenai konsep dan tantangan manajemen sumberdaya manusia
KONSEP DAN TANTANGAN
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA
1.1. Pendahuluan
Pada umumnya, negara
diklasifikasikan menjadi negara maju, berkembang dan negara miskin. Perbedaan
tersebut dikarenakan oleh perbedaan tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi
serta tingkat ekonomi. Negara yang maju,
untuk tingkat ilmu penge
tahuan teknologinya sudah sangat baik. Hal ini dapat
dilihat dari berbagai macam teknologi tingkat tinggi yang sudah digunakan
diberbagai bidang dan juga banyaknya penemuan-penemuan ilmiah yang ada.
Dibidang ekonomi, pada negara maju tingkat ekonominya sudah mapan. Pendapatan
perkapitanya sudah tinggi, sehingga kesejahteraan masyarakatnya sudah baik.
Contoh negara-negara maju antara lain, Jepang, Amerika, Jerman, Perancis dan
sebagainya. Sedangkan, untuk negara yang sedang berkembang, tingkat ilmu
pengetahuan dan teknologi serta ekonominya masih perlu ditingkatkan. Dibidang
teknologi, negara berkembang banyak
memanfaatkan teknologi yang ditemukan oleh negara-negara maju.
Penemuan-penemuan dibidang teknologi belum banyak. Tingkat ekonominya juga masih dalam taraf perkembangan, misalnya pendapatan perkapita yang masih rendah dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang belum tinggi. Contoh negara berkembang adalah Indonesia, Malaysia, India dan sebagainya. Yang dimaksud negara miskin adalah negara yang tingkat teknologi dan ekonominya rendah. Negara-negara ini masih banyak memerlukan bantuan dan tergantung pada negara maju dan berkembang.
Jumlah penduduk yang banyak juga
menjadi aset yang baik bagi negara berkembang. Namun, kekayaaan alam yang
berlimpah, letak geografis yang strategis dan banyaknya tenaga kerja yang murah
namun tidak terampil, belum dapat memberikan nilai tambah bagi usaha dalam
meningkatkan produksi suatu barang tertentu. Pada masa sekarang ini, orang
sudah mulai memikirkan bagaimana caranya agar keunggulan komparatif yang sudah
dimiliki dapat dipadukan dengan keunggulan-keunggulan kompetitif. Keunggulan
kompetitif anatara lain adanya sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang unggul untuk bersaing diberbagai
bidang.
Pada abad 21 ini, persaingan dalam
berbagai bidang sangatlah ketat. Negara harus sudah mulai memikirkan bagaimana
agar dapat bersaing dengan negara-negara lain didunia, terutama dengan
mengedepankan keunggulan kompetitifnya. Untuk itulah perlu adanya
penanganan/pengelolaan yang serius dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada sekarang ini, karena tidak
mudah untuk mengubah paradigma atau kebiasaan-kebiasaan yang sudah mengakar di
masyarakat yang sebetulnya sangat merugikan bagi perkembangan kualitas sumber
daya manusia. Apabila sumber daya manusia yang ada dapat dtangani dengan baik
niscaya akan dapat memberikan sumbangan yang besar bagi kelangsungan persaingan
negara dengan negara lain didunia.
1.2. Pengertian
Manajemen Sumber Daya Manusia
Sebelum membahas
tentang pengertian manajemen sumber daya manusia, terlebih dahulu akan
dikemukakan pengertian tentang manajemen dan pengertian sumber daya manusia.
Hal ini dimaksudkan agar lebih dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan
jelas tentang pengertian manajemen sumber daya manusia.
1.2.1. Pengertian
Manajemen
Pengertian manajemen telah banyak dirumuskan oleh
beberapa ahli. Pendapat dari satu ahli dengan yang lain mungkin dapat
berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang yang ditekankan, tetapi mempunyai
tujuan yang hampir sama. Dibawah ini dikemukakan pengertian managemen dari beberapa
pendapat sebagai berikut :
1. Menurut GR Terry
Manajemen adalah
pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan menggunakan kegiatan
orang lain.
2. Menurut The Liang Gie
Manajemen adalah
segenap proses kegiatan untuk menggerakkan sekelompok orang dan mengerahkan
segenap fasilitas dalam suatu usaha kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Menurut T. Hani Handoko
Manajemen dapat
didefinisikan sebagai bekerja dengan orang-orang untuk menentukan,
menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing),
penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing),
pengarahan dan kepemimpinan (leading),
dan pengawasan (controlling).
4. Menurut
SP.Siagian:
Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk
memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya dengan menggunakan kegiatan orang lain.
Dari
beberapa pengertian manajemen
di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian manajemen adalah kemampuan
untuk menggerakkan orang atau fasilitas dengan menerapkan fungsi-fungsi
manajemen dalam usaha kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Pengertian
di atas dapat memberikan gambaran, bahwa ada beberapa unsur yang ada dalam
pengertian manajemen, yaitu:
1. Adanya
kemampuan untuk menggerakkan orang-orang dan semua fasilitas yang ada dalam
organisasi.
2. Kegiatannya
berhubungan dengan
perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan
3. Adanya
kerjasama
4. Adanya
orang yang beraktivitas dalam organisasi tersebut.
5. Adanya
tujuan yang perlu dicapai.
1.2.2. Pengertian
Sumber Daya Manusia
“ Sumberdaya“ cenderung
diartikan dengan substansi tertentu yang mempunyai peranan besar yaitu hanya
untuk sumber daya alam. Misalnya : bahan bakar minyak, batubara, tanah, pohon,
air dan lain-lain
yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan. Dalam perkembangan selanjutnya
para ahli mulai melihat pada kekuatan lain yang juga perlu dikaji dan merupakan
sesuatu yang penting yaitu kekuatan dari manusia. Dari hal tersebut di atas,
maka para ahli cenderung membedakan antara sumber daya alam dan sumber daya
manusia. Sumber daya alam sudah sangatlah jelas, yaitu segala sesuatu yang
berhubungan dengan bahan baku dan yang dapat dihasilkan dari alam.
Sumberdaya manusia mengandung
konotasi yaitu apa yang dimiliki manusia seperti akal budi, perasaan kasih
sayang, keinginan untuk bebas, perasaan sosial, bakat berkomunikasi dengan
pihak lain dan sebagainya. Definisi
lain sumber daya manusia adalah potensi yang ada pada diri manusia yang dapat
dibedakan ke dalam 2 aspek yaitu aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Aspek
kuantitatif menyangkut jumlah sumber daya manusia (penduduk), sedangkan aspek
kualitas sumberdaya manusia menyangkut kemampuan fisik maupun non fisik.
Kualitas fisik berhubungan dengan gizi dan kesehatan jasmani. Kualitas non
fisik dapat dimaksudkan semua kemampuan, keterampilan, kecakapan dan penguasaan
berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.2.3. Pengertian
Manajemen
Sumber Daya Manusia
Istilah manajemen
sumber daya manusia menurut satu ahli dengan ahli yang lain sangatlah
bervasiasi. Ada ahli yang mendefinisikan dengan berfokus pada kegiatan dari
tenaga kerja yang ada. Seperti yang dikemukakan oleh Henry Simamora dalam Malayu Hasibuan, manajemen
sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian
balas jasa dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja.
Sedangkan Barry Cushway dalam Gerry Desseler lebih menekankan
pada adanya kepentingan strategis dan proses dari aktivitas sumber daya manusia
yang terus menerus untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Definisi selengkapnya
manajemen sumber daya manusia adalah rangkaian strategi, proses dan aktivitas yang
didesain untuk menunjang tujuan perusahaan dengan cara mengintegrasikan
kebutuhan perusahaan dan individu.
Dari
pengertian tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa Manajemen Sumber Daya
Manusia adalah kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan semua unsur yang menjadi kekuatan atau daya manusia untuk
dipergunakan memenuhi kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan.
1.3. Sejarah Perkembangan
Sejarah Manajemen sumber daya
manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari managemen pada umumnya. Sebelum permulaan abad kedua puluh
manusia dipandang sebagai barang, benda mati yang dapat diperlakukan sekehendak
kali oleh majikan. Manusia
tidak dihargai karena dianggap sebagai salah satu faktor produksi yang
disamakan dengan mesin, uang dan sebagainya. Majikan lebih mementingkan atau
memberikan perhatian pada sumber daya alam dari pada sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan pada masa tersebut
manusia masih banyak yang belum mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai, sehingga penghargaan pada manusia masih rendah
dipicu pula jumlah tenaga kerja yang berlebihan, padahal lapangan kerja sangat
sedikit. Dalam perkembangan selanjutnya perhatian terhadap faktor manusia sebagai sumber daya manusia
jauh lebih besar. Hal ini disebabkan oleh 5 faktor yaitu :
1. Perkembangan
pengetahuan manajemen yang dipelopori oleh Taylor.
2. Kekurangan
tenaga kerja pada perang dunia I bagi negara-negara yang terlibat peperangan.
3. Kemajuan
yang dicapai serikat-serikat sekerja.
4. Semakin
meningkatnya campur tangan pemerintah dalam hubungan antara majikan dan buruh.
5. Akibat
depresi besar tahun 1930.
Adanya
kelima faktor di atas, pada sekitar tahun 1950-an para ahli mengkaji kembali
pentingnya peranan sumber daya manusia dalam kegiatan organisasi. Di Indonesia masalah sumber daya
manusia baru mulai diperhatikan lebih serius pada tahun 1970-an. Hal ini
dibuktikan dengan munculnya undang-undang
tentang tenaga kerja, Peraturan
Upah
Minimum, Kesejahteraan Pegawai dan sebagainya.
Dalam arah pembangunan jangka
panjang kedua disebutkan bahwa melalui upaya pembangunan, potensi sumber daya nasional diarahkan menjadi kekuatan
ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan yang nyata, didukung
oleh sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki kemampuan memanfaatkan,
mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan manajemen. Sumber daya manusia termasuk
pemuda dan wanita, sebagai penggerak
pembangunan nasional dipadukan aspirasi, peranan dan kepentingannya ke dalam
gerak pembangunan bangsa melalui peran serta aktif dalam seluruh kegiatan
pembangunan.
Titik
berat pembangunan jangka panjang kedua diletakkan pada bidang ekonomi yang
merupakan penggerak utama pembangunan, seiring dengan kualitas sumber daya
manusia dan didorong secara saling memerlukan, saling terkait dan terpadu
dengan pembangunan bidang-bidang lainnya yang dilaksanakan seirama, selaras,
dan serasi dengan keberhasilan pembangunan bidang ekonomi dalam rangka mencapai
tujuan dan sasaran pembangunan nasional.
Sampai
saat ini peningkatan kualitas sumber daya masih terus dilakukan, karena
meskipun suatu negara tidak mempunyai keunggulan komparatif yang baik, namun mempunyai
keunggulan kompetitif, maka negara tersebut bisa lebih bersaing dengan negara
lain, contohnya Jepang. Sumber daya alam yang dipunyai sangatlah minim, akan
tetapi sumber daya manusia yang dimilki sangatlah berkualitas, hal ini dapat
menempatkan Jepang sebagai negara maju di dunia. Untuk itulah negara Indonesia
yang sudah mempunyai keunggulan komparatif, harus selalu melakukan peningkatan kualitas
sumber daya manusianya agar tidak ketinggalan dari negara-negara lain.
1.4.
Beberapa Pendekatan Masalah Sumber Daya
Manusia
Dalam
setiap kegiatan atau aktifitas organisasi dari waktu ke waktu selalu timbul
masalah-masalah. Untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul ada beberapa
pendekatan sesuai dengan periodenya. Maksudnya pendekatan yang lebih akhir menunjukkan
lebih baru ditinjau dari segi waktunya. Namun sampai sekarang pun masih ada
pimpinan perusahaan yang menggunakan pendekatan cara lama dalam mengatasi
permasalahan. Dibawah ini dikemukakan tiga pendekatan yaitu :
1. Pendekatan
Mekanis
2. Pendekatan
Paternalisme
3. Pendekatan
Sistem Sosial
1.4.1. Pendekatan
Mekanis ( Pendekatan Klasik )
Perkembangan
di bidang Industri dengan penggunaan mesin–mesin dan alat–alat elektronika
membawa kemajuan yang sangat pesat dalam efisiensi kerja. Dalam pendekatan
mekanis, apabila ada permasalahan yang berhubungan dengan tenaga kerja, maka
unsur manusia dalam organisasi disamakan dengan faktor produksi lain, sehingga
pimpinan perusahaan cenderung menekan pekerja dengan upah yang minim sehingga
biaya produksi rendah. Pandangan pendekatan ini menunjukkan sikap bahwa tenaga
kerja harus di kelompokkan sebagai modal yang merupakan faktor produksi. Dengan
hal ini maka di usahakan untuk memperoleh tenaga kerja yang murah namun bisa dimanfaatkan
semaksimal mungkin dan memperoleh hasil yang lebih besar untuk kepentingan
pemberi kerja. Pendekatan ini cukup dominan di negara-negara industri barat
sampai dengan tahun 1920-an.
1.4.2. Pendekatan
Parternalisme ( Pendidikan Parternalistik )
Dengan
adanya perkembangan pemikiran dari para pekerja yang semakin maju, yang
menunjukkan mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungan manajemen maka
pimpinan perusahaan mengimbangkan dengan kebaikan untuk para pekerja.
Paternalisme merupakan suatu konsep
yang menganggap manajemen sebagai pelindung terhadap
karyawan, berbagai usaha telah dilakukan oleh pimpinan perusahaan supaya para
pekerja tidak mencari bantuan dari pihak lain. Pendekatan ini mulai hilang pada
waktu periode tahun 1930-an.
1.4.3. Pendekatan Sistem Sosial ( Pendekatan Human Relation )
Managemen
Sumber Daya Manusia atau personalia merupakan proses yang kompleks. Dengan
kekomplekan kegiatan managemen Sumber Daya Manusia, maka pimpinan perusahaan
mulai mengarah pada pendekatan yang lain yaitu pendidikan sistem sosial yang merupakan
suatu pendekatan yang dalam pemecahan masalah selalu memperhitungkan faktor-faktor lingkungan. Setiap ada
permasalahan, maka diusahakan dipecahkan dengan sebaik mungkin dengan resiko
yang paling kecil, baik bagi pihak tenaga kerja maupun pemberi kerja.
1.5. Fungsi
Operasional Manajemen Sumber Daya Manusia
Istilah Sumber Daya Manusia berkaitan
dengan kondisi manusia, baik yang berada di dalam organisasi maupun di luar
organisasi. Sumber daya manusia dalam arti sempit dalam organisasi lebih sering
disebut dengan personalia. Jadi dalam buku ini Manajemen sumber daya manusia
dapat disamakan dengan Manajemen Personalia dalam arti sempit. Fungsi
operasional Manajemen sumber daya
manusia adalah :
1.5.1. Perencanaan Tenaga Kerja
Perencanaan tenaga kerja merupakan
operasi dari manajemen sumber daya
manusia. Dengan perencanaan tenaga kerja dimaksudkan ada upaya untuk merencanakan jumlah dan jenis tenaga kerja
yang tepat untuk memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan guna mencapai tujuan
organisasi ini. Fungsi ini mulai Analisis pekerjaan, rekruetmen, penempatan
samapai pada orientasi pekerjaan.
Kegiatan rekrutmen atau
penarikan sumber daya manusia bertujuan agar organisasi dapat memperoleh sumber
daya manusia sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan. Aplikasi kegiatan ini
adalah dengan adanya seleksi yang dilakukan untuk dapat mengetahui sejauh mana
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Apabila sudah
memenuhi syarat, maka tenaga kerja tersebut dapat ditempatkan sesuai dengan
keahliannya masing-masing.
1.5.2 Pengembangan
Tenaga Kerja
Pengembangan
tenaga kerja merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan
kualitas tenaga kerja sehingga dapat mengurangi ketergantungan organisasi untuk
menarik karyawan baru. Adapun tujuan Pengembangan Sumber Daya Manusia diarahkan
untuk merubah Sumber Daya Manusia yang pontensial tersebut menjadi tenaga kerja
yang produktif, serta mampu dan terampil sehingga menjadi efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan organisasi. Pengembangan
tenaga kerja dapat dilakukan dengan mengadakan pendidikan dan latihan yang
rutin, sehingga tenaga kerja dapat selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Promosi
dapat digunakan untuk cara pengembangan tenaga kerja, karena promosi merupakan
perpindahan karyawan ke jenjang yang lebih tinggi. Mutasi adalah perpindahan
karyawan dari satu unit ke unit yang lain tanpa merubah jenjang yang ada.
Adanya mutasi ini diharapkan karyawan mempunyai multi skill. Adanya pengembangan tenaga kerja, baik melalui
pendidikan dan latihan, promosi maupun mutasi akan dapat memotivasi karyawan
untuk mempunyai kinerja yang baik sehingga dalam penilaian prestasi kerja dapat
maksimal.
1.5.3
Penilaian Prestasi Kerja
Penilain
prestasi kerja merupakan salah satu aspek yang penting dalam pengelolaan sumber
daya manusia. Dengan adanya penilaian prestasi kerja, maka dapat diketahui
karyawan yang mempunyai prestasi kerja yang baik maupun yang kurang. Hal ini
akan berdampak pada pemberian kompensasi.
1.5.4 Pemberian
Kompensasi
Fungsi
pemberian kompensasi meliputi kegiatan pemberian balas jasa kepada para
karyawan. Kompensasi ini dapat berupa finansial maupun non finansial. Kegiatan
disini meliputi penentuan sistem kompensasi yang mampu mendorong prestasi
karyawan, dan juga menentukan besarnya kompensasi yang akan diterima oleh
masing-masing pekerja secara adil.
1.5.5 Pemeliharan
Tenaga Kerja
Di dalam pemeliharaan tenaga kerja ada
pelaksanan aspek ekonomis dan non ekonomis yang diharapkan dapat memberikan
ketenangan kerja dan konsentrasi penuh bagi pekerja guna menghasilkan prestasi
kerja yang di harapkan oleh organisasi. Aspek ekonomis berhubungan dengan
pemberian kmpensasi yang berupa gaji dan bonus yang sebanding dengan hasil kerjanya.
Aspek nonekonomis berupa adanya jaminan kesehatan, kesejahteraan dan keamanan
serta kenyamanan dalam bekerja. Adanya kegiatan pemeliharaan tenaga kerja yang
memadai akan memperkecil adanya konflik antara tenaga kerja dengan pemberi
kerja.
Dalam pemeliharaan sumber daya manusia ada
beberapa yang perlu dikaji antara lain tentang kepuasan kerja karyawan,
pengelolaan konflik, motivasi karyawan dan komunikasi yang terjadi dalam
organisasi.
Pemeliharaan
SDM
|
Fungsi – fungsi
personalia
|
Perencanaan
SDM
|
Pengembangan SDM
|
Penilaian
Prestasi kerja
|
Administrasi
Kompensasi
|
Gambar
1.1. Proses Manajemen Personalia
Sumber : T. Hani
Handoko, 2009
Penarikan Analisisi
Pekerjaan
Perencanaan
SDM
Proses Penarikan Saluran Penarikan
Blanko Lamaran
Seleksi Proses
Seleksi Tes
Seleksi
Wawancara
Referensi
Evaluasi
Medis
Pengembangan Penilaian Prestasi Kerja
Konseling
Disiplin
Latihan
Pengembangan
Manajemen
Pengembangan
Organisasi
Pemeliharaan Pemberian
Evaluasi
Pekerjaan
Kompensasi pengupahan
Program
insentif
Kompensai
pelengkap
Hubungan perundingan
kolektif
Perburuhan perjanjian
kerja
Pelayanan rekreasi
Karyawan pelayanan
on the job
Pelayanan
off the job
Keamanan
Dan
kesehatan
Penggunaan perencanaan
karier
Perluasan
pekerjaan
Audit
personalia
Gambar 1.2. Fungsi-fungsi manajemen personalia
Sumber : T.Hani Handoko, 2009
1.6. Berbagai Pandangan
Dalam Manajemen Personalia
Konsep-konsep dasar Manajemen Personalia
telah dikemukakan sebelumnya. Berbagai pandangan tersebut penting agar
penelaahan Manajemen Personalia dan Sumberdaya manusia dilakukan dalam perspektif
yang benar. Pandangan-pandangan itu mencakup :
1.
Pendekatan Sumberdaya Manusia
Mananjemen Personalia adalah
pengelolaan dan pendayagunaan sumberdaya manusia. Martabat dan kepentingan
hidup manusia hendaknya tidak diabaikan agar kehidupan mereka layak dan
sejahtera.
2.
Pendekatan Manajerial
Manajemen Personalia adalah
tanggungjawab setiap manajer. Departemen personalia hanya menyediakan dan
memberikan jasa atau pelayanan bagi departemen lain. Oleh karena itu analisis
akhir terhadap prestasi kerja dan kehidupan kerja setiap karyawan tergantung
pada atasan langsungnya.
3.
Pendekatan Sistem
Manajemen Personalia adalah suatu
subsistem dari sistem yang lebih besar yaitu organisasi. Oleh karena itu Manajemen
Personalia harus dievaluasi dengan kriteria besarnya kontribusi yang dibuat
untuk organisasi. Dalam prakteknya, Manejer Personalia harus menyadari bahwa model
menajemen personalia adalah suatu sistem yang terbuka dan terdiri dari bagian-bagian
yang saling berhubungan. Masing-masing bagian saling mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan eksternal.
4.
Pendekatan Proaktif
Manajemen Personalia dapat
meningkatkan kontribusinya kepada para karyawan, manejer dan organisasi melalui
antisipasinya terhadap masalah yang akan timbul. Bila tidak, upaya-upaya
reaktif perlu diambil dan ini berarti pemecahan masalah menjadi lebih sulit dan
perusahaan bisa kehilangan berbagai kesempatan.
1.7. Organisasi
Manajemen Personalia
Suatu departemen personalia
tersendiri diperlukan bila kegiatan personalia menjadi terlalu membebani
departemen lain dalam organisasi. Pengorganisasian fungsi personalia menyangkut
pengelompokan kegiatan-kegiatan manajemen personalia ke dalam departemen-departemen,
perancangan struktur formal untuk pendayagunaan sumberdaya manusia yang paling
efektif, pendelegasian wewenang dan tanggungjawab pelaksanaan kegiatan-kegiatan
personalia kepada para manejer departemen lain atau bawahan, dan tugas-tugas
para karyawan departemen personalia agar tujuan-tujuan organisasi dapat dicapai
dengan efisien dan efektif. Dengan demikian pengorganisasian fungsi personalia
merupakan proses penyusunan struktur organisasi departemen personalia.
Penyusunan struktur ini hendaknya memperhatikan tujuan dan strategi organisasi,
sumberdaya manusia yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupi.
1.7.1. Komponen-komponen Departemental
Bagian-bagian
suatu departemen personalia organisasi besar hampir sepenuhnya berhubungan
dengan kegiatan-kegiatan personalia. Untuk setiap kegiatan, bagan atau urusan
(subdepartemen) bisa dibentuk untuk menjalankan fungsi pelayanan yang
terspesialisasi. Spesialisasi ini memungkinkan para karyawan departemen
personalia menjadi sangat menguasai beberapa kegiatan personalia yang terbatas.
Kegiatan perencanaan sumberdaya manusia
dan penempatan bisa dijalankan dengan pembagian tugas diantara departemen
perencanaan dan pengadaan, dan departemen latihan dan pengembangan. Evaluasi
pekerjaan digunakan untuk menentukan upah sehingga departemen kompensasi bisa
membantu para manajer dalam kegiatan evaluasi dan sebagainya.
Pimpinan
perusahaan
|
Manajer
penjualan
|
Manajer
Keuangan
|
Manajer
Kantor
|
Kepala
BagianPersonalia
|
Manajer
Produksi
|
Karyawan
|
Karyawan
|
Gambar 1.3. Departemen Personalia Dalam Organisasi Kecil
Sumber : T. Hani Handoko, 2009
Presiden
Direktur
|
Wakil Direktur
Bidang personalia
|
Manajer
Perencanaan dan
Pengadaan
|
Manajer
Kompensasi/
Pengupahan
|
Manajer
Latihan dan
Pengembangan
|
Manajer
Hubungan Industrial
|
Kepala
Bagian Penarikan
|
Administrasi
Kompensasi
|
Sarana dan
Prasarana Latihan
|
Administrasi
Perjanjian Kerja
|
Gambar 1.4. Departemen Personalia Dalam Organisasi Besar
Sumber : T. Hani Handoko, 2009
1.7.2 Peranan Pelayanan Departemen Personalia
Departemen
personalia adalah departemen pelayanan (service).
Departemen ini ada untuk membantu para karyawan, manajer dan organisasi.
Manajer personalia tidak mempunyai wewenang untuk memerintah para manajer lain
dalam departemen-departemen lain. Departemen personalia biasanya hanya
mempunyai wewenang staff (staff Auothority)
yang merupakan wewenang untuk menyarankan, memberi rekomendasi atau konsultasi,
bukan mengarahkan kepada para manajer departemen lain.
Wewenang
lini dimiliki oleh para manajer departemen operasi dan ini memungkinkan mereka
untuk mengambil keputusan-keputusan tentang produksi, pelaksanaan kerja dan
karyawan. Wewenang lini pada umumnya memberikan tanggungjawab kepada para
manajer operasi atas promosi, penugasan kerja dan berkaitan dengan karyawan
lainnya. Para spesialis personalia hanya
menyarankan para manajer lini yang merupakan penanggungjawab terakhir prestasi
kerja karyawan.
Dalam
situasi yang sangat teknik atau rutin, departemen personalia bisa diberi
wewenang fungsional. Wewenang fungsional memungkinkan departemen personalia untuk
mengambil keputusan-keputusan yang biasanya dibuat oleh para manajer lini atau
manajemen puncak. Sebagai contoh, keputusan-keputusan tentang kompensasi
pelengkap (fringe benefits) adalah
sangat teknis sehingga manajer puncak mungkin memberikan wewenang fungsional
kepada departemen personalia untuk memutuskan tipe fringe benefit yang ditawarkan bagi karyawan. Bila setiap manajer
mengambil keputusan tentang benefit
secara terpisah, mungkin akan terjadi ketidakadilan dan menyebabkan biaya yang
terlalu besar. Dengan wewenang fungsional, departemen personalia dapat
mengambil keputusan-keputusan krusial ini secara efektif untuk melakukan
pengendalian dan menciptakan keseragaman.
Tipe
pelayanan yang dapat diberikan kepada para karyawan, manajer dan organisasi
dipengaruhi oleh besarnya ukuran deprtemen personalia. Sebagai contoh, dalam
organisasi kecil, manajer personalia menangani banyak kegiatan harian yang
berkaitan dengan kebutuhan sumberdaya manusia organisasi. Sedangkan dalam
departemen personalia besar, fungsi personalia tumbuh menjadi lebih besar
sehingga masalah-masalah khusus ditangani oleh bawahan yang memang
spesialisasinya adalah di bidang tertentu. Dengan kata lain, fungsi-fungsi
personalia ditangani secara lebih terspesialisasi.
1.8. Tantangan-Tantangan
Lingkungan Eksternal
Organisasi
dikelilingi oleh suatu lingkungan eksternal yang terdiri dari berbagai variabel
yang sebagian besar tak dapat dikendalikan (uncontrollable)
keputusan-keputusan personalia yang menyangkut tentang penarikan, seleksi,
latihan, penempatan, transfer,
promosi, penilaian prestasi kerja, disiplin, kompensasi dan sebagainya, harus
diambil dengan memperhatikan berbagai kekuatan lingkungan tersebut. Sebaliknya,
organisasi hanya mempunyai sedikit pengaruh. Ini memberikan kepada personalia
perusahaan dua pilihan : memonitor perubahan variabel-variabel lingkungan dan
bereaksi terhadapnya, atau mengantisipasi perubahan apa yang akan terjadi dan
merencanakan berbagai tanggapannya.
Departemen
personalia perusahaan tidak dapat menghentikan proses keusangan para
karyawannya akibat kemajuan teknologi komputer. Tetapi perusahaan-perusahaan
yang menggunakan pendekatan proaktif memperlakukan perubahan ini sebagai masukan
program pengembangan untuk mentransformasikan para karyawan menjadi sumberdaya
manusia yang mampu, sebelum keusangan terjadi. Berbagai tantangan lingkungan
eksternal yang dihadapi manajemen personalia berbeda-beda. Beberapa kondisi
yang umum mencakup teknologi, peraturan pemerintah, sosial budaya, perubahan
dalam pasar tenaga kerja, kondisi perekonomian, kondisi geografis,
faktor-faktor demografis dan kegiatan-kegiatan pesaing.
1.8.1 Tantangan-tantangan
Teknologi
Dampak
kemajuan teknologi pada manajemen personalia terjadi melalui dua cara. Cara
pertama adalah melalui pengaruh teknologi yang merubah industri secara
keseluruhan. Sebagai contoh, kemajuan teknologi dibidang transportasi dan
komunikasi telah meningkatkan mobilitas angkatan kerja. Lebih lanjut,
departemen personalia perlu merancang kegiatan pengaturan dan pendayagunaan
sumberdaya manusia untuk mengikuti perkembangan operasi perusahaan akibat
inovasi teknologi. Otomatisasi adalah cara lain dimana kemajuan teknologi
mempengaruhi manajemen personalia. Sebagai contoh, perkembangan penggunaan
komputer dalam perusahaan merubah kebutuhan tipe sumberdaya manusia. Program
penarikan dan latihan perlu dirombak secara signifikan untuk menyesuaikan diri
dengan program komputerisasi perusahaan. Adaptasi teknologi yang kreatif ini
mempunyai pengaruh pada semua kegiatan personalia untuk menolak keusangan dan
memperkenalkan inovasi.
1.8.2 Tantangan-tantangan Ekonomi
Berbagai
tantangan siklus bisnis mempengaruhi kegiatan-kegiatan personalia. Sejalan dengan
perbaikan kondisi perekonomian, permintaan akan karyawan baru dan
program-program latihan tumbuh dan berkembang. Perkembangan ini selajutnya
memberikan tekanan pada peningkatan upah, penawaran benefits yang lebih baik
dan perbaikan kondisi kerja.
Di lain
pihak, keadaan perekonomian yang sedang dilanda resesi menyebabkan perusahaan
perlu memelihara dan mempertahankan satuan kerja yang cakap dan mengurangi atau
menekan biaya tenaga kerja. Keputusan-keputusan untuk mengurangi jam kerja,
memberhentikan karyawan atau menerima tingkat laba yang lebih rendah pada
akhirnya mempengaruhi kegiatan departemen personalia. Semakin hati-hati
departemen memonitor kondisi ekonomi, semakin baik fungsi personalia dapat
mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan akibat perubahan organisasi. Ini berarti
perubahan drastis dapat dihindari karena perusahaan dapat mengendalikannya
lebih dini. keadaan politik dan pemerintah, berbagai faktor politik telah
menjadi pertimbangan yang semakin penting bagi pengambilan keputusan-keputusan
dibidang personalia.
1.8.3 Tantangan-tantangan Demografis
1.
Kondisi Geografis
Perusahaan yang berlokasi di
lingkungan yang aman, nyaman dan bersih dengan berbagai fasilitas pendidikan
dan rekreasi yang baik akan lebih mudah menarik para pelamar dibanding perusahaan
yang berlokasi di daerah yang mempunyai tingkat kejahatan tinggi, terpencil
atau dengan iklim yang tidak menyenangkan. Berbagai keputusan yang menyangkut
penarikan, transfer dan kompensasi
pasti berbeda di kedua lingkungan tersebut. Bahkan dalam perusahaan yang sama,
kebijaksanaan kompensasi bisa berbeda untuk pekerjaan yang sama di
daerah-daerah dengan biaya hidup tinggi di satu pihak dan di daerah-daerah
dengan biaya hidup rendah dilain pihak.
2.
Kondisi Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya merupakan
pertimbangan penting bagi pengambilan keputusan personalia. Kondisi ini berhubungan
dengan kepercayaan, nilai-nilai, sikap, pandangan dan pola atau gaya kehidupan
yang berkembang dan terbentuk dari dinamika kebudayaan, ekologi, demografis,
geografis, religius, pendidikan dan faktor-faktor etnis lainnya.
Perubahan-perubahan kondisi atau nilai-nilai sosial budaya merupakan
tantangan-tantangan baru bagi manajemen personalia. Peningkatan partisipasi
wanita dalam pasar tenaga kerja adalah contoh pertama perubahan sosial yang
mempunyain berbagai implikasi demografis. Perubahan ini telah banyak
mempengaruhi kebijaksanaan-kebijaksanaan pengupahan dan kompensasi lainnya
serta program-program pelatihan dan pengembangan.
Perubahan sosial kedua adalah makin
banyaknya orang memperoleh pendidikan sehingga makin banyak tenaga kerja yang
terdidik dan terlatih. Di satu pihak hal ini akan meningkatkan efisiensi
operasi perusahaan, tetapi di pihak lain akan merubah sikap dan kepentingan
karyawan terhadap kualitas kehidupan mereka. Departemen personalia akan
dihadapkan dengan sikap-sikap baru, seperti permintaan tradisional dalam
kenaikan upah, pengurangan jam kerja, kesempatan untuk memperoleh latihan lanjutan,
kondisi kerja yang lebih baik, cuti yang lebih panjang dan sebagainya.
Memang tidak mungkin untuk
mengidentifikasikan setiap perubahan kondisi sosial budaya dalam masyarakat.
Tetapi bagaimanapun juga, departemen personalia harus mencoba untuk mengantisipasi
perubahan-perubahan sosial budaya dan mengambil tindakan yang tepat. Kegagalan
untuk mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut dapat menurunkan efektifitas
perusahaan.
3.
Pasar Tenaga Kerja
Kemampuan menarik dan
mempertahankan karyawan yang cakap merupakan kebutuhan prasyarat bagi sukses
perusahaan. Ada tiga faktor yang paling mempengaruhi kegiatan pemenuhan
kebutuhan personalia perusahaan, yaitu reputasi perusahaan di mata angkatan
kerja, tingkat pertumbuhan angkatan kerja dan tersedianya tenaga kerja dengan
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Ketiga kondisi ini sangat
berpengaruh pada kegiatan-kegiatan penarikan, seleksi dan administrasi
personalia lainnya.
Reputasi perusahaan adalah unsur
pokok yang tercermin pada kemampuan perusahaan untuk memuaskan kebutuhan jangka
panjang para karyawannya. Ini ditentukan oleh kebijaksanaan kompensasi,
perhatian terhadap kesejahteraan karyawan dan sebagainya. Di samping itu masih
langkanya karyawan yang terampil dan berpengalaman menyulitkan kegiatan pengadaan.
Perusahaan harus berebut atau bersaing untuk mendapat karyawan yang ”Qualified”. Padahal karyawan ahli atau
spesialis di bidang tertentu kebanyakan tidak tersedia ditempatkan disembarang
lokasi. Oleh karena itu, perusahaan perlu menawarkan kebijaksanaan kompensasi
yang impresif dan memberikan berbagai bentuk pelayanan karyawan lainnya.
4.
Kegiatan Para pesaing
Kasus pembajakan para manajer, yang
diungkap banyak media massa beberapa waktu yang lalu adalah sebuah contoh yang
gamblang mengenai pengaruh kegiatan pesaing terhadap manajemen personalia
perusahaan. Bila suatu bank menetapkan kenaikan gaji untuk tahun yang akan
datang, bank-bank lain dapat diperkirakan akan mengikutinya. Diberbagai
industri, seragam, jam kerja dan aturan-aturan personalia adalah relatif
standar dan perubahan-perubahan dalam hal ini sering disesuaikan dengan
kegiatan-kegiatan personalia para pesaing. Memang untuk hampir semua bisnis,
berbagai kebijaksanaan personalia adalah faktor krusial untuk memelihara postur
pengerjaan yang kompetitif, menarik dan mendapatkan para karyawan terbaik.
Untuk menghadapi tantangan lingkungan itu, manajemen personalia
dapat mengambil langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Memonitor Lingkungan
Departemen personalia perusahaan
harus selalu mengamati perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi. Informasi
lingkungan perlu senantiasa dikumpulkan dari berbagai sumber untuk
mengidentifikasi variabel-variabel lingkungan yang kritis bagi organisasi.
2.
Mengevaluasi Dampak Perubahan
Atas dasar informasi perubahan
lingkungan yang diperoleh, bagian personalia kemudian menganalisa dampaknya
terhadap organisasi sekarang dan waktu yang akan datang. Manajer personalia
perlu mendiagnosa pengaruh kejadian-kejadian sekarang pada kegiatan personalia
di masa mendatang.
3.
Mengambil Tindakan Proaktif
Setelah perubahan-perubahan
diidentifikasi dan dampaknya dievaluasi, bagian personalia mengimplementasikan
berbagai teknik dan pendekatan yang membantu organisasi mencapai
sasaran-sasaran yang ditetapkan.
4.
Mendapatkan Dan Menganalisa
Umpan Balik
Berbagai hasil kegiatan-kegiatan
personalia proaktif selanjutnya dievaluasi untuk mengetahui apakah sasaran-sasaran
yang diinginkan tercapai.
1.8.4 Tantangan-tantangan Organisasional
Di
samping faktor-faktor lingkungan eksternal, departemen personalia juga menghadapi
tantangan-tantangan dari dalam organisasi yang dilayaninya. Berbagai tantangan
internal timbul karena perusahaan mengejar sasaran-sasaran ganda.
Sasaran-sasaran tersebut memerlukan ”trade
offs” antara tujuan-tujuan finansial, pemasaran, produksi, personalia dan
lain-lain. Karena tujuan personalia hanya merupakan salah satu yang ditetapkan
di antara banyak tujuan dalam pandangan manajemen puncak, para manajer
personalia harus menghadapi tantangan-tantangan internal dengan perhatian yang
seimbang untuk berbagai kebutuhan lain.
1.
Karakter Organisasi
Setiap perusahaan adalah unik.
Kemiripan di antara perusahaan memang dapat ditemukan pada bagian-bagiannya,
tetapi masing-masing perusahaan sebagai keseluruhan mempunyai karakter yang
unik. Karakter perusahaan merupakan produk semua ciri organisasi seperti :
orang-orangnya, tujuannya, struktur organisasi, teknologi dan peralatan yang
digunakan, kebijaksanaannya, ukurannya, umurnya, serikat karyawan,
keberhasilannya dan kegagalannya. Karakter organisasi mencerminkan masa lalu
dan menentukan di waktu yang akan datang.
Tantangan bagi manajemen personalia
adalah untuk menyesuaikan kegiatan personalian secara proaktif dengan karakter
organisasi. Kadang-kadang menajer personalia tidak menyadari bahwa
sasaran-sasaran personalia dapat dicapai melalui beberapa cara yang dapat
diterima. Gagasan ini disebut equifinality.
Berarti biasanya ada berbagai jalur untuk mencapai sasaran. Kunci keberhasilan
adalah pengambilan jalur yang paling sesuai dengan karakter perusahaan.
2.
Serikat Karyawan
Serikat karyawan menyajikan
tantangan nyata dan potensial dalam perusahaan yang mempunyai dan yang belum
mempunyai organisasi buruh. Dalam perusahaan dengan serikat karyawan, manajemen
dan serikat menandatangani perjanjian kerja yang mengatur berbagai prasyarat
kerja seperti kompensasi, jam kerja dan kondisi kerja. Perjanjian ini membatasi
kegiatan-kegiatan personalia.
Perusahaan tanpa serikat karyawan
juga dipengaruhi tantangan tersebut. Untuk mempertahankan fleksibelitas status
tidak berserikat, departemen personalia perlu mengimplementasikan berbagai
kebijakan kompensasi, jam kerja dan kondisi kerjasama dengan perusahaan
berserikat. Kegiatan personalia ini penting agar para karyawan tidak
berkeinginan untuk membentuk serikat karyawan.
3.
Sistem Informasi
Kualitas kontribusi departemen
personalia tergantung padan kualitas informasi yang digunakan dalam pengambilan
keputusan-keputusan personalia. Dalam kenyataannya, departemen personalia
memerlukan sejumlah informasi yang terinci. Kemampuan untuk memperoleh,
mengumpulkan, menyimpan dan mendapatkan kembali informasi merupakan tantangan
bagi departemen personalia. Untuk menghadapi tantangan ini, perusahaan perlu
mengembangkan sistem informasi sumberdaya manusia dengan komputer (computer based) yaitu suatu sistem yang
menyimpan informasi secara terinci tentang karyawan, pekerjaan dan faktor lain
yang sesuai kebutuhan.
4.
Perbedaan-perbedaan Individual
Karyawan
Orang-orang berbeda satu dengan
lainnya dalam banyak hal. Sebagai contoh, orang-orang berbeda dalam faktor
kepribadian, phisik, intelegensia dan bakat. Karakteristik manusia yang berbeda
ini hendaknya diperhatikan manajemen personalia dalam pelaksanaan kegiatan
perencanaan sumberdaya manusia, penilaian prestasi kerja, perencanaan karier
dan administrasi sumberdaya manusia pada umumnya.
5. Sistem Nilai Manajer Dan Karyawan.
Berbagai sistem nilai dan norma
yang dianut para manajer dan karyawan merupakan kendala-kendala tambahan yang
dihadapi manajer personalia. Pengetahuan tentang nilai-nilai dan norma kelompok
kerja dapat membantu departemen personalia memecahkan berbagai bentuk konflik
nilai yang bisa menyulitkan karyawan. Di samping itu, pemahaman akan hal itu
juga dapat sangat berguna dalam perumusan berbagai kebijaksanaan personalia
seperti time off benefits, schedulling kerja atau desain pekerjaan.
Sistem-sistem nilai manajer dan karyawan tidak dapat diabaikan dalam setiap pengambilan keputusan
personalia.
1.9. Berbagai Perkembangan
Baru Dalam Manajemen Personalia
Ada
beberapa perkembangan baru dalam manajemen personalia dan sumberdaya manusia :
1.
Keterbukaan
Dalam kegiatan manajemen personalia,
seperti kemungkinan karyawan untuk melihat file
personalia, partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut
kondisi kerja dan pengumuman lowongan kerja.
2.
Proaktivitas
Pengenalan program-program
personalia untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas kehidupan kerja (quality of work life) tanpa menunggu
permintaan manajemen puncak.
3.
Orientasi Sistem
Berarti diagnosis dan penilaian
berbagai perkembangan dan krisis yang terjadi di luar maupun di dalam oganisasi
dan dampaknya terhadap organisasi dan efektifitas sumberdaya manusia.
4.
Penilaian Efektivitas Manajemen
Sumberdaya Manusia
Manajemen sumberdaya manusia sering
dipandang tidak vital untuk perusahaan, karena ketidakmampuannya memperagakan
efektivitasnya. Ini berarti, departemen personalia gagal menunjukkan apa yang
dilakukannya, terutama seberapa banyak kontribusi dan peranannya dalam
pencapaian tujuan-tujuan strategik organisasi. Menyadari hal ini, para manejer
personalia mulai tergerak untuk menyajikan efektifitas kerja mereka, dengan melakukan perhitungan biaya dan
manfaat. Jadi efektifitas manajemen sumberdaya manusia diukur dengan penentuan
kriteria biaya dan manfaat yang tepat dan relevan.
Kriteria
manfaat untuk manajemen sumberdaya manusia adalah berbagai indikator dengan
perbandingan-perbandingan dapat dilakukan untuk menunjukkan berbagai
peningkatan, perbaikan dan manfaat bagi organisasi. Contoh indikator yang dapat
digunakan sebagai kriteria manfaat dan komponen-komponennya adalah sebagai
berikut :
Tabel 1.1. Kriteria Manfaat dan Komponennya
Indikator
|
Komponen
|
1. Produktifitas
|
1. Peningkatan Prestasi Kerja
2. Penurunan Absensi Karyawan
3. Penurunan Perputaran Tenaga Kerja
|
2. Kualitas Kehidupan Kerja
|
1. Peningkatan Keterlibatan Kerja
2. Peningkatan Kepuasan
3. Penurunan Stres
4. Penurunan Jumlah Kecelakaan Kerja
5. Penurunan Jumlah Karyawan Sakit
|
Sumber : T.Hani Handoko, 2009
Kriteria
biaya (cost criteria) untuk manajemen
sumberdaya manusia adalah berbagai indikator yang digunakan untuk menentukan
biaya kegiatan-kegiatan personalia dan dibandingkan dengan kriteria manfaat dalam
penentuan efektifitas manajemen sumberdaya manusia. Bila kriteria manfaat pada
umumnya diterapkan pada kegiatan personalia secara keseluruhan, kriteria biaya
adalah lebih spesifik untuk setiap kegiatan. Sebagai contoh, kriteria biaya
yang sesuai untuk kegiatan keamanan dan kesehatan personalia mungkin berwujud
biaya-biaya pelatihan penyelia, pembelian peralatan pengamanan, perancangan
kembali pekerjaan, pemindahan sumber bahaya dan bahan-bahan terbuang. Kriteria
bahaya penarikan mungkin merupakan pengeluaran untuk pemasangan iklan,
pelatihan dan gaji karyawan bagian penarikan.
Setelah
kriteria biaya dan manfaat yang relevan dan sesuai ditentukan, berbagai biaya
dan manfaat tersebut dibandingkan. Perbandingan ini sedapat mungkin dilakukan
dalam bentuk nilai uang. Memang dalam praktik tidak semua manfaat kegiatan
personalia dapat dinilai dalam bentuk uang, tetapi sekarang telah tersedia
berbagai teknik, metode dan formula sebagai hasil dari upaya para ahli
sumberdaya manusia.
Ada tiga
cara bagi para manajer sumberdaya manusia untuk menunjukkan efektifitas kerja
mereka. Pertama, mereka dapat menyajikan bahwa biaya kegiatan mereka tidak
lebih besar atau bahkan lebih kecil daripada kegiatan sejenis dalam departemen
lain. Kedua, mereka dapat meningkatkan nilai perbandingan tersebut dengan memasukkan
informasi relevan tentang kriteria manfaat. Meskipun ini mungkin tidak selalu feasible untuk mendapatkan dan
menggunakan data keuangan yang valid, perusahaan akan memperoleh manfaat besar
dengan melakukan perbandingan manfaat kegiatan personalianya. Sebagai contoh,
dengan menggunakan suatu perbandingan tingkat perputaran tenaga kerja atau
absensi karyawan, manajemen sumberdaya manusia dapat menunjukkan kepada
perusahaan bahwa biaya-biaya pengelolaan sumberdaya manusianya menghasilkan
lebih banyak manfaat dibandingkan departemen lain.
Akhirnya,
para manejer sumberdaya manusia dapat menunjukkan efektifitas mereka dengan
melakukan perbandingan perubahan besarnya manfaat sebagai akibat suatu kegiatan
personalia. Sebagai contoh, bila suatu program penarikan baru diimplementasikan
dan tingkat absensi para karyawan baru
yang ditarik dengan program baru turun 2 persen, biaya program dapat
dibandingkan dengan nilai manfaat yang diperoleh dari penurunan absensi
karyawan tersebut. Tentu saja dalam menerapkan cara ini perusahaan perlu
berhati-hati, karena penurunan absensi belum pasti sebagai akibat program
penarikan baru.
5.
Keterlibatan Strategik
Keterlibatan
departemen personalia yang relatif terbatas dalam kegiatan-kegiatan strategik
organisasi merupakan kasus yang wajar yang dijumpai dalam praktek. Departemen
personalia hanya dipandang sebagai penyedia jasa bagi departemen lain. Bukan
merupakan hal yang aneh bila seorang manajer personalia kemudian hanya
berkepentingan dengan pembuatan rencana penyusunan personalia, penyelenggaraan
berbagai program latihan, pelaksanaan kegiatan penilaian prestasi kerja dan
penyimpanan dokumen dan catatan personalia. Akibatnya, manajer sumberdaya
manusia sering hanya menangani kebutuhan-kebutuhan sumberdaya manusia
operasional dan manajerial jangka pendek dan rutin. Mereka jarang terlibat
dengan masalah efektifitas organisasi dan program perencanaan strategik.
Sekarang,
dengan berbagai masalah yang dihadapi perusahaan, seperti masalah produktifitas,
kualitas kehidupan kerja, tingkat pengangguran nasional dan persaingan yang
semakin ketat, para manajer personalia semakin banyak dilibatkan dalam
program-program strategik perusahaan. Departemen personalia memainkan peranan
penting dalam pemecahan berbagai masalah tersebut melalui pelaksanaan fungsi
dan kegiatan ini pada tiga tingkatan : strategik, manajerial dan operasional. Implikasi ketiga tingkatan ini akan ditunjukkan pada
tabel berikut ini:
Tabel 1.2 Berbagai Kegiatan Personalia Menurut Tingkatannya
Ting
katan
|
Seleksi/
penempatan
|
Kompensasi
|
Penilaian
prestasi
|
Pengembangan
|
Perencanaan
kurve
|
Strate
gik
(jangka
Pan jang)
|
Menentukan
Karakteristik
Orang yang
Dibutuhkan
Untuk
mengelola bisnis dalam jangka panjang
Merubah
sistem internal dan eksternal untuk menghadapi masa mendatang
|
Menentukn
kebijaksanaan pemberian kompensasi
kepada karyawan jangka panjang atas dasar kondisi perekonomian nasional dan
internasional
|
Menentukan
apa yang harus dinilai dalam jangka panjang.
Mengembangkan
berbagai sarana untuk menilai dimasa datang.
Melaku-
Kan
identifi
fikasi
potensial sedini mungkin
|
Merencanakan
berbagai program pengembangan untuk manajer potensial.
Menetapkan
sistem dengan fleksibilitas yang diperlukan untuk menesuaikan diri terhadap perubahan.
|
Mengembangkan
sistem jangka panjang untuk mengelola berbagai kebutuhan individu dan
organisasional baik untuk fleksibelitas maupun stabilitas.
Mengaitkan
dengan strategi bisnis
|
Mana-jerial
(jangka
mene
ngah)
|
Melakukan
validasi kriteria seleksi.
Mengembangkan
rencana pemasaran kegiatan penarikan.
Mengem-bangkan
pasar tenaga kerja.
|
Menyusun
rencana kompensasi lima tahunan bagi karyawan.
Menyusun
paket-paket benefits.
|
Menyusun
sistem valid yang dikaitkan dengan berbagai kondisi sekarang dan dimasa
mendatang
Menyiapkan
pusat penilaian untuk pengembangan
|
Melaksanakan
program pengembangan manajemen umum.
Melaksanakan
program pengembangan organisasional.
Mendorong
pengembangan diri.
|
Mengidentifikasi
berbagai jalur karier.
Menyediakan
pelayanan pengembangan karier.
Memadukan
karier individu dengan kebutuhan organisasi
|
Opera-
sional
(jangka
pendek)
|
Membuat
rencana penyusunan personalia.
Menyusun
rencana penarikan.
Mengem-
bangkan
sistem pemantauan
|
Mengadminis-trasi
program penggajian dan pengupahan.
Mengadmi-
nistrasi
paket-peket benefits.
|
Menyusun
sistem penilaian prestasi kerja tahunan atau rutin. Menetapkan sistem
pengawasan harian
|
Menawarkan
program latihan untuk keterampilan pekerjaan spesifik.
Melaksanakan
logika on the job
|
Mencocokkan
karakteristik individu dengan spesifikasi pekerjaan.
Merencanakan
perpindahan karier berikutnya
|
Sumber : T.Hani
Handoko, 2009
D. Rangkuman
Manajemen sumber daya manusia
adalah kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
semua unsur yang menjadi kekuatan atau daya manusia untuk dipergunakan memenuhi
kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan. Sejarah Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia
ditandai dengan perkembangan pengetahuan manajemen yang dipelopori oleh
Taylor, kekurangan tenaga
kerja pada perang dunia I bagi negara-negara yang terlibat peperangan, kemajuan yang dicapai serikat-serikat sekerja, semakin
meningkatnya campur tangan pemerintah dalam hubungan antara majikan dan buruh, akibat
depresi besar tahun 1930.
Beberapa pendekatan masalah Sumberdaya Manusia antara lain : pendekatan
mekanis,
pendekatan
paternalisme
dan pendekatan
sistem
sosial. Fungsi operasional Manajemen Sumberdaya
Manusia adalah perencanaan tenaga kerja,
pengembangan
tenaga kerja, penilaian prestasi kerja, pemberian kompensasi dan pemeliharan tenaga kerja.
Berbagai pandangan dalam manajemen personalia adalah Pendekatan
Sumberdaya manusia, pendekatan manjerial, Pendekatan sistem, Pendekatan
proaktif. Organisasi Manajemen Personalia terdiri dari komponen-komponen departemental
dan Peranan pelayanan departemen personalia
Tantangan-tantangan lingkungan
eksternal antara lain: tantangan-tantangan teknologi, tantangan-tantangan
ekonomi, keadaan politik dan pemerintah, tantangan-tantangan demografis, kondisi
geografis, kondisi sosial budaya, pasar tenaga kerja, kegiatan para pesaing. Untuk
menghadapi tantangan lingkungan itu, manajemen personalia dapat mengambil
langkah-langkah sebagai berikut : memonitor lingkungan, mengevaluasi dampak perubahan,
mengambil tindakan proaktif, setelah perubahan-perubahan diidentifikasi, mendapatkan
dan menganalisa umpan balik. Tantangan-tantangan Organisasional antara lain : karakter
organisasi, serikat karyawan, sistem informasi, serbedaan-perbedaan individual
karyawan, sistem nilai
manajer dan karyawan. Berbagai
perkembangan baru dalam manajemen personalia saat ini adalah masalah keterbukaan, proaktivitas, orientasi sistem, penilaian
efektivitas manajemen sumberdaya manusia, keterlibatan strategik
E. Evaluasi
1.
Apa yang menjadi pertimbangan perusahaan dalam mengenal
kondisi SDM saat ini ?
2.
Bagaimana cara melakukan pemeliharaan SDM
3.
Bagaimana cara meningkatkan kualitas SDM
4.
Jelaskan arti dan tujuan MSDM
5.
Jelaskan keterkaitan manajemen dengan SDM
6.
Menurut anda, fungsi SDM mana yang paling dominan ?
Berikan alasannya
Soal kasus
Sebuah perusahaan patungan antara General Electric dan sebuah perusahaan Jepang GE Fanuc, merupakan sebuah pabrik produk otomatisasi dan
pengendalian. Kantor pusat di Virginia dengan 1500 karyawan. Sebagian besar
departemen SDM mengerjakan aktivitas dukungan administratif. Tetapi ketika
Donald Browhat Jr mengambil alih posisi Direktur Senior SDM, dia bersama
stafnya mulai melakukan penyusunan ulang dan desentralisasi terhadap entitas
SDM. Manajer SDM diharapkan menjadi kontributor utama untuk bidang mereka
dengan menjadi banyak tahu tentang persoalan bisnis yang dihadapi oleh unit
fungsional bisnis mereka. Saat ini, manajer SDM berpartisipasi dalam
mengembangkan strategi bisnis dan memastikan bahwa dimensi sumberdaya manusia
benar-benar dipertimbangkan. Sebagai contoh, manajer SDM pabrik memiliki
tanggung jawab SDM untuk 600 karyawan. Dalam peran itu, dia memberikan
kontribusi untuk keputusan arus kerja, produksi, penjadwalan dan keputusan manufaktur
yang lain. Ini juga berarti bahwa dia memiliki akses dan kredibilitas lebih
tinggi kepada karyawan pabrik yang sebagian besar merupakan pekerja yang
dibayar berdasarkan jam kerja.
Keberhasilan dari perubahan tersebut dapat dilihat dari
hasil-hasil yang dicapai. Pendapatan GE
Fanuc naik hampir 18 %. Lebih dari 40 tim kerja bertemu secara teratur
untuk mendiskusikan tujuan kerja, memantau kinerja mereka terhadap standar yang
telah ditentukan serta mendiskusikan berbagai masalah dan persoalan. Tingkat
keluar masuk karyawan juga sangat rendah di sebagian besar bidang.
Pertanyaan :
1.
Berikan tanggapan anda tentang perubahan yang dilakukan
oleh Direktur SDM yang baru tersebut.
2.
Fungsi manajemen apa sajakah yang dilakukan oleh direktur
SDM tersebut ? Berikan alasannya
3.
Menurut anda, apakah perubahan tersebut akan berpotensi
jadi masalah dikemudian hari ? mengapa ?
4.
Bagaimana solusi yang bisa dilakukan untuk
masalah-masalah yang anda temukan pada kasus diatas.
0 Response to "makalah mengenai konsep dan tantangan manajemen sumberdaya manusia"
Post a Comment